Kimia Organik 2
Mekanisme Reaksi Reduksi Pada Berbagai Senyawa Organik
permasalahan :
1. Ketika reduksi ester dibutuhkan namun terdapat gugus karbonil lainnya dalam molekul target, penyerangan hidrida pada gugus karbonil tersebut harus dicegah. Misalnya, karbonil tersebut diubah ke dalam gugus asetal, yang tidak bereaksi dengan hidrida. Asetal tersebut kemudian disebut sebagai gugus pelindung bagi karbonil. Apa yang akan terjadi apabila gugus karboniil tersebut tidak dilindungi ?
2.
Reduksi ikatan rangkap C=O lebih sulit direduksi daripada ikatan rangkap C=C. jika hidrogenasi dilakukan pada suatu senyawa yang terdapat ikatan C=C (alifatik) dan C=O (gugus karbonil) . bagaimana jika kita hanya ingin menghidrogenasi gugus karbonil saja?
3. Pada amina reduktif aldehida direaksikan dengan amonnia / amina primer akan untuk membentuk imina. Apabila keton yang di reaksikan dengan amina primer, apakah reaksinya membentuk imina atau tidak ?
Agen pereduksi hidrida logam
Di laboratorium sintesis organik, gugus karbonil dapat
direduksi menggunakan reaksi transfer hidrida yang secara mekanis mirip dengan
reaksi biokimia dengan NAD (P) H. Tiga zat pereduksi yang umum
adalah natrium borohidrida (NaBH 4 ) , litium
aluminium hidrida (LiAlH 4 ) , dan diisobutyl aluminium hidrida
(DIBAH) .
Sebagai
contoh, ketika natrium borohidrida diaduk dalam larutan dengan aldehida atau
keton, ion hidrida menambah karbonil karbon untuk membentuk 2 o alkohol (dari
keton) atau 1 o alkohol (dari aldehida).
Sodium
borohidrida adalah zat pereduksi yang relatif ringan, dan reaksi biasanya
dijalankan dalam pelarut air, metanol, atau etanol. Satu mol NaBH 4 mampu
mengurangi empat mol keton atau aldehida. Turunan asam karboksilat dan ikatan
ganda alkena tidak terpengaruh.
LiAlH
4 bekerja dengan cara yang mirip dengan NaBH 4 , tetapi jauh lebih reaktif. Ini
akan bereaksi keras dengan pelarut protik (seperti air atau metanol), dan
karenanya pelarut organik seperti dietil eter harus digunakan. LiAlH 4 tidak
akan mempengaruhi ikatan rangkap alkena, tetapi tidak seperti NaBH 4, ia akan
mengurangi asam dan ester karboksilat (hingga 1 o alkohol), amida (menjadi
amina), nitril (hingga 1 o amina), dan bahkan dapat digunakan dalam cincin
reduktif. membuka reaksi dengan epoksida untuk membentuk alkohol.
DIBAH
hanya memiliki satu hidrida untuk dihantarkan (berlawanan dengan empat untuk
NABH 4 dan LiAlH 4 ), dan jika hanya satu ekuivalen molar yang digunakan dapat
mengurangi ester menjadi aldehida. Menggunakan LiAlH 4 akan mengurangi ester
menjadi alkohol primer, seperti halnya menggunakan dua padanan molar DIBAH.
Dalam
semua reduksi logam hidrida ini, penambahan hidrida dapat terjadi dari kedua
sisi karbonil, yang berarti bahwa reduksi keton asimetris akan menghasilkan
campuran rasemat dari alkohol R dan S. Untuk kebanyakan keton, campuran ini
akan hadir dengan perbandingan sekitar 50:50, karena kemungkinan serangan
hidrida sama di kedua sisi. Namun dalam beberapa kasus, kedua wajah yang
disajikan oleh kelompok keton tidak setara. Camphor, senyawa alami dengan aroma
khas yang digunakan di banyak kosmetik dan produk kesehatan rumah, adalah
contohnya. Melihat struktur molekul kapur barus, Anda dapat melihat bahwa,
karena kekakuan konformasi dari struktur cincin yang menyatu, permukaan
belakang dan si dari gugus karbonil tidak sama - pendekatan oleh nukleofil
tampaknya kurang terhalang dari bawah. ( si ) sisi daripada dari sisi atas (
kembali ), (lebih mudah untuk memvisualisasikan ini jika Anda membangun model).
Ini
dapat dikonfirmasikan dengan menganalisis spektrum 1 H NMR dari produk yang
dimurnikan dari reaksi dengan NaBH 4 . Spektrum ini sebenarnya cukup kompleks,
karena itu bukan sampel murni tetapi campuran dari dua diastereomer yang
berbeda - ada banyak puncak yang tumpang tindih dan pola pemisahan kompleks
yang sulit untuk ditafsirkan. Untungnya, bagaimanapun, sinyal yang sesuai
dengan atom hidrogen yang menarik (H T dan H B untuk produk dari serangan sisi
atas dan bawah, masing-masing) cukup berbeda - mereka berdua berada dalam
wilayah spektrum tanpa puncak lainnya. H T dalam satu diastereomer memiliki
pergeseran kimia 4,0 ppm, sedangkan H B di diastereomer lain memiliki
pergeseran kimia 3,6 ppm. Nilai integrasi kedua puncak ini relatif satu sama
lain tentu saja sama dengan rasio dua diastereomer dalam campuran produk dan,
seperti yang diharapkan, integrasi menunjukkan bahwa ada jauh lebih banyak produk
yang dihasilkan dari serangan sisi bawah. (Pavia, et al., "Pengantar
Teknik Laboratorium Organik - Suatu Pendekatan Kontemporer
Reduksi Ester dan Nitril
Dapat menggunakan
hidrida diisobutylaluminum untuk
reduksi baik ester
dan nitril untuk aldehida. Contoh umum adalah reduksi
etil etanoat (etil asetat) dan etannitril (asetonitril) untuk etanal (asetaldehida).
Reduksi
ester dengan katalis tembaga(II) oksida dan tembaga(III) kromat menghasilkan
alkohol primer.
Dalam
banyak preparasi senyawa organik, beberapa bagian spesifik pada molekul tidak
dapat bertahan pada kondisi reaksi atau pereaksi yang digunakan. Sehingga,
bagian tersebut, atau gugus, harus dilindungi. Contohnya, litium aluminium hidrida sangat reaktif namun
merupakan pereaksi yang sangat beguna untuk mereduksi ester menjadi alkohol. Pereaksi tersebut akan mudah
sekali bereaksi dengan gugus karbonil tanpa dapat menseleksi mana gugus karbonil
yang seharusnya direduksi. Ketika reduksi ester dibutuhkan namun terdapat gugus
karbonil lainnya dalam molekul target, penyerangan hidrida pada gugus karbonil
tersebut harus dicegah. Misalnya, karbonil tersebut diubah ke dalam gugus
asetal, yang tidak bereaksi dengan hidrida. Asetal tersebut kemudian disebut
sebagai gugus pelindung bagi karbonil. Setelah tahapan yang memerlukan hidrida
selesai dilakukan, asetal tersebut dihilangkan (direaksikan dengan asam berair),
mengembalikannya ke gugus karbonil semula. Tahapan ini disebut sebagai deproteksi.
Reduksi aldehida dan keton
Aldehida
direduksi menghasilkan alkohol primer, sedangkan keton menghasilkan alkohol
sekunder.
Reduksi
ikatan rangkap C=O lebih sulit direduksi daripada ikatan rangkap C=C.
Aminasi
reduktif
Menurut
Fessenden (1984), Jika diinginkan suatu amina sebagai produk reduksi, maka
senyawa karbonil itu diolah dengan ammonia atau suatu amina primer untuk
membentuk suatu imina dengan kehadiran hidrogen dan suatu katalis. Kemudian
gugus C=N imina mengalami hidrogenansi katalitik dengan cara yang sama seperti
suatu gugus C=C atau C=O. Aminasi
reduktif merupakan suatu metode yang baik untuk membuat amina dengan suatu
gugus alkil sekunder , R2CHNH2 .
Mekanisme
reaksi amonia dengan aldehid :
Mula-mulanya
electron dari O menyerang katalis H+ kemudian terbentuklah karbokation atom C
dan lagsung diserang oleh electron N dari ammonia. Sehingga dilepaskan H2O, dan
terbentuklah suatu imina.
Menurut
Fessenden (1982), imina yang terbentuk teradsorbsi ke permukaan logam katalis,
kemudian ikatan sigma dari H2 terputuskan dan terbentuk ikatan antara logam-H.
Selanjutnya,
gugus karbonil juga teradsorbsi pada permukaan logam dengan ikatan phi-nya
berantaraksi dengan orbital kosong dari logam. Molekul karbonil bergerak-gerak
pada permukaan logam hingga menabrak atom hydrogen yang terikat pada logam,
menjalani reaksi, dan kemudian terbantuk produk hidrogenasi yaitu suatu amina
primer.
permasalahan :
1. Ketika reduksi ester dibutuhkan namun terdapat gugus karbonil lainnya dalam molekul target, penyerangan hidrida pada gugus karbonil tersebut harus dicegah. Misalnya, karbonil tersebut diubah ke dalam gugus asetal, yang tidak bereaksi dengan hidrida. Asetal tersebut kemudian disebut sebagai gugus pelindung bagi karbonil. Apa yang akan terjadi apabila gugus karboniil tersebut tidak dilindungi ?
2.
Reduksi ikatan rangkap C=O lebih sulit direduksi daripada ikatan rangkap C=C. jika hidrogenasi dilakukan pada suatu senyawa yang terdapat ikatan C=C (alifatik) dan C=O (gugus karbonil) . bagaimana jika kita hanya ingin menghidrogenasi gugus karbonil saja?
3. Pada amina reduktif aldehida direaksikan dengan amonnia / amina primer akan untuk membentuk imina. Apabila keton yang di reaksikan dengan amina primer, apakah reaksinya membentuk imina atau tidak ?








Hai Risa
BalasHapusSaya Yulita Sri Rizki,nim:A1C118071
Saya akan menjawab no 3
Menurut saya jika direksi kan dengan keton dia tetap menghasilkan imina,karna
Amonia,Amina,dan senyawa berhubungan tertentu memiliki pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dan bertindak sebagai nukleofilik nitrogen terhadap atom karbon karbonil.amonia adalah suatu nukleofil yang dapat menyerang gugus karbonil dari suatu aldehida atau keton dalam suatu reaksi adisi_eliminasi.imina yang tak tersubtitusi yang berbentuk dari NH3 tidak stabil dan berpolimerisasi bila didiamkan kan.tetapi jika di gunakan Amina primer (RNH2) sebagai ganti ammonia akan terbentuk imina tersubtitusi yang lebih stabil(yang kadang kadang di sebut basa schiif).Dengan Amina primer aldehida dan keton menghasilkan imina .Dengan Amina sekunder(R2NH), aldehida dan keton menghasilkan ion iminium yang bereaksi lebih lanjut menjadi enamina(vinilamina.
DESTI RAMADHANI (A1C118010)
BalasHapusGugus pelindung atau gugus proteksi adalah suatu gugus fungsional yang digunakan untuk melindungi gugus tertentu supaya tidak turut bereaksi dengan pereaksi atau pelarut selama proses sintesis kimia berlangsung. Gugus pelindung tersebut ditambahkan ke dalam molekul melalui modifikasi kimia pada suatu gugus fungsi untuk mencapai kemoselektivitas pada reaksi kimia selanjutnya. Gugus ini memainkan peranan penting dalam sintesis organik multitahap. karbinJadi jika gugus pelindung tidak ada maka karbonil tersebut akan turut bereaksi dengan pereaksi atau pelarut.
Baiklah saudari Risa, saya Bella (A1C118095) akan mencoba menjawab permasalahan no 2. disini saya akan menjelaskan hubungan antara ikatan rangkap C=C dan C=O itu adalah, saat terjadi reduksi di antara keduanya maka gugus senyawa C=C lah yang deluan mengalami reduksi pada senyawa ikatan rangkap C=O juga dapat mengalami reduksi, namun agak lama. jika ingin melakukan reduksi terhadap C=O itu bisa juga. terimakasih
BalasHapus