Kimia Organik 2
Mekanisme Reaksi Oksidasi Senyawa Organik
Oksidasi senyawa organik merupakan
keadaan terjadinya pembentukan ikatan antara karbon dan atom yang lebih
elektronegatif (biasanya O, N, atau halogen) atau dengan pemutusan ikatan
antara karbon dan atom kurang elektronegatif (biasanya H) sehingga dapat menghilangkan
kerapatan elektron pada karbon yang disebabkan oleh. Sebaliknya, reduksi
organik menghasilkan penguatan kerapatan elektron pada karbon yang disebabkan
oleh pembentukan ikatan antara karbon dan atom yang kurang elektronegatif atau
dengan pemutusan ikatan antara karbon dan atom yang lebih elektronegatif.
Oksidasi alkohol (mengandung satu ikatan C-O) dapat
menghasilkan salah satu aldehida atau keton (C = O memiliki dua ikatan C-O) atau
asam karboksilat (RCO2H memiliki tiga ikatan C-O). Dalam setiap kasus, kelompok
fungsional terbentuk tergantung pada jenis alkohol yang teroksidasi dan zat
pengoksidasi bekas. Ini adalah karbon yang mengandung gugus OH yang
teroksidasi, dan alkohol primer (1 ° ROH, misalnya, RCH2OH) memiliki dua
hidrogen pada karbon itu. Jika agen pengoksidasi kuat digunakan (seperti asam
kromat, disebut oksidasi Jones), maka kedua ikatan C-H ini akan diganti dengan
ikatan C-O, menghasilkan dalam produk asam karboksilat. Jika agen pengoksidasi
lebih selektif digunakan (seperti itu sebagai PCC atau mereka dalam oksidasi
Swern), maka alkohol hanya akan sebagian teroksidasi untuk menghasilkan produk
aldehida (hanya satu ikatan C-H yang diganti).
Dengan
zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam,
alkohol teroksidasi sebagai berikut :
1 1. Reaksi oksidasi alkohol
primer
akan
menghasilkan alkanal (aldehida), jika dibiarkan beberapa lama, maka proses
oksidasi akan berlanjut menghasilkan suatu asam karboksilat. Jika kita ingin
memperoleh aldehida dari proses oksidasi ini, maka secepatnya dilakukan
destilasi untuk menghindari proses oksidasi berlanjut.
Reaksi
oksidasi etanol dapat dianggap berlangsung sebagai berikut
Etanal
yang dihasilkan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat. Hal ini
terjadi karena oksidasi aldehida lebih mudah daripada oksidasi alkohol.
2 2. Reaksi oksidasi alkohol sekunder
Alkohol
sekunder dioksidasi menjadi keton. Tidak ada reaksi lebih lanjut yang terjadi
seperti pada oksidasi alkohol primer. Sebagai contoh,, jika alkohol sekunder,
2-propanol, dipanaskan atau dioksidasi, maka akan terbentuk 2-propanon.
Perubahan-perubahan
pada kondisi reaksi tidak akan dapat merubah produk yang terbentuk.
Jika anda
melihat kembali tahap kedua reaksi alkohol primer, anda akan melihat bahwa ada
sebuah atom oksigen yang "disisipkan" antara atom karbon dan atom
hidrogen dalam gugus aldehid untuk menghasilkan asam karboksilat. Untuk alkohol
sekunder, tidak ada atom hidrogen semacam ini, sehingga reaksi berlangsung
lebih cepat.
3 3. Reaksi oksidasi alkohol tersier
Alkohol-alkohol
tersier tidak dapat dioksidasi oleh natrium atau kalium dikromat(VI). Bahkan
tidak ada reaksi yang terjadi.
1 4. Oksidasi Aldehida dan Keton
Reaksi oksidasi terhadap aldehida menggunakan reagen
oksidator yang bervariasi akan menghasilkan asam karboksilat. Oksidator yang
paling umum digunakan untuk aldehida adalah kalium dikromat. Aldehida juga
dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat oleh oksigen bebas di udara.
Senyawa golongan keton sukar dioksidasi menggunakan oksidator apa pun,
termasuk kalium dikromat dan oksigen molekuler. Aldehida mudah dioksidasi
sedangkan keton tidak bisa di oksidasi.
1 5. Reaksi Pada Asam Karboksilat
Asam karboksilat adalah golongan senyawa organik yang
memiliki rumus umum R-COOH. Beberapa reaksi yang dapat terjadi pada asam
karoksilat antara lain:
A. Reaksi
dengan basa
Asam alkanoat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan
garam dan air. Reaksi ini disebut reaksi penetralan.
asam asetat Natrium asetat
CH3COOH +
NaHCO3 →
CH3COONa + H2O + CO2
Asam
asetat natrium bikarbonat Natrium asetat
Garam natrium atau kalium dari asam karboksilat suhu
tinggi dikenal sebagai sabun. Sabun natrium disebut sabun keras, sedangkan
sabun kalium disebut sabun lunak. Sebagai contoh, yaitu natrium stearat
(NaC17H35COO) dan kalium stearat (KC17H35COO).
Asam alkanoat tergolong asam lemah, semakin panjang
rantai alkilnya, semakin lemah asamnya. Jadi, asam alkanoat yang paling kuat
adalah asam format, HCOOH. Asam format mempunyai Ka=1,8x10-4. Oleh karena itu,
larutan garam natrium dan kaliumnya mengalami hidrolisis parsial dan bersifat
basa.
1. Mengapa alkohol tersier tidak dapat di oksidasi ?
2. Pada asam karboksilat, semikin panjang rantai alikilnya, semakin lemah asamnya. Kalau rantai alkilnya bercabang bagaimanakah sifat keasamannya ?
3. Mengapa keton sukar di oksidasi menggunakan oksidator ?







Hallo risa saya Nur Khalishah (052) akan mencoba menjawab pertanyaan risa no 1 yakni memang benar bahwa alkohol tersier tidak dapat di oksidasi hal ini dikarenakan Alkohol tersier tidak memiliki proton pada posisi α sehingga tidak bisa mengalami oksidasi seperti alkohol primer dan sekunder
BalasHapusPerkenalkan nama saya Jony Erwin (098) akan menjawab permasalahan no 2
BalasHapusKeasaman suatu asam karboksilat tergantung pada panjang rantai alkilnya, dimana jumlah atom C pada alkilnya tersebut. Semakin banyak atom C nya, semakin lemah asamnya. Jadi apabila rantai alkilnya bercabang hanya mempengaruhi tata nama senyawanya dan isomernya tetapi rantai alkilnya tetap sehingga tidak mempengaruhi sifat keasamannya.
3. ERMA JOHAR A1C118031
BalasHapusMenurut saya , karena keton tidak memiliki aton hidrogen istimewa maka dari itu keton sulit di oksidasi